"Kalau jumlah permintaan yang disampaikan kepada kami, tidak ingat karena memang belum berniat mengekspor," kata pemimpin usaha Villa Domba, Agus Ramada di Bandung, Selasa (3/11). Potensi itu sudah terbuka sejak 10 tahun lalu.
Sebagai gambaran, Arab Saudi saja membutuhkan impor sekitar 1 juta domba per tahun. Namun, menurut Agus, tantangan ekspor sangat besar. Proses tersebut membutuhkan kesiapan berbagai faktor, seperti transportasi, suplai, dan kelengkapan administrasi untuk ekspor hidup.
Lahan penampungan domba yang akan diekspor pun belum ada. Bahkan, tingkat kematian ternak jika dikirim dengan kapal mencapai 10 persen. "Itu pun sudah menggunakan kapal khusus. Kalau diangkut kapal kargo biasa yang pengap, kematian lebih tinggi lagi," kata Agus.
Adapun permintaan di dalam negeri pun masih besar, seperti dari Jakarta, Batam, Bali, dan Kalimantan. Agus mengatakan, populasi domba di tempatnya sekitar 500 ekor dengan produksi sekitar 100 ekor per bulan dan belum memenuhi semua permintaan.
"Pasokan ke Jakarta, misalnya, sekitar 60 ekor per bulan. Kalau 100 kambing bisa dikirimkan pun masih bisa diserap pasar," katanya. Karena itu, ekspor sebaiknya baru dipertimbangkan setelah kebutuhan nasional sudah dipenuhi. Perlu kaji lagi
Agus mengatakan, ekspor domba hidup perlu dikaji lagi. Ekspor direkomendasikan sudah dalam bentuk daging untuk mencegah risiko mortalitas. Jika itu direalisasikan, pemerintah perlu mendata produksi sentra-sentra domba dan produksinya.
"Jangan sampai hanya fokus ekspor, tetapi kebutuhan dalam negeri malah kurang. Pembinaan terhadap peternak juga harus benar dan ditetapkan standar berat domba yang diekspor," katanya. Lokasi penampungan juga perlu disiapkan, disertai transportasi pengangkutan yang memadai untuk ternak.
Menurut Agus, daging domba Jabar diminati karena kandungan lemaknya lebih sedikit. "Lemak daging domba di luar negeri umumnya lebih banyak. Konsumen kami di Jakarta yang berasal dari luar negeri mengakui itu," katanya.
Peternak domba di Desa Jatisari, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, H Rali, mengatakan, peternak di desanya belum sanggup mengekspor domba meski sudah menerima permintaan ternak itu dari Arab Saudi, Mesir, dan Yordania sebanyak 1.000 ekor per bulan.
"Populasi domba di Desa Jatisari sekitar 32.000 ekor. Jika ekspor dilakukan, populasi domba justru akan habis dalam 2,5 tahun," katanya.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan berjanji meningkatkan populasi domba di Jabar untuk meraih potensi ekspor dari dalam dan luar negeri, yaitu dengan membangun 11 tempat pembibitan pada tahun 2010. Kini balai pembibitan domba hanya ada di Kabupaten Garut.
"Produktivitasnya baru sekitar 500 bibit unggul per tahun. Pembangunan balai pembibitan baru akan menghasilkan 10.000 bibit domba per tahun," katanya.
Sumber : Kompas (2009)