"Besok kami akan bertemu dengan para importir dari Saudi Arabia untuk menjajaki peluang ekspor ikan dan juga menjajaki kemungkinan ikan dari Indonesia bisa mengisi pasar saat musim haji tiba," kata Saut P Hutagalung, Direktur Ekspor dan Pemasaran Luar Negeri Departemen Kelautan dan Perikanan, kepada KONTAN, Minggu (12/4).
Menurut Saut, di Timur Tengah juga sudah terjadi perubahan pola konsumsi. Masyarakat yang tadinya lebih senang mengkonsumsi daging,baik itu daging sapi maupun kambing, kini mulai meminati ikan.
Sampai saat ini, nilai pasar ikan di Timur Tengah memang masih kecil. Namun peluang pasar tersebut tetap harus digarap. Soalnya daya beli mereka tak terlalu terpengaruh meski krisis global juga menghantam negara-negara di kawasan tersebut.
Menurut data Departemen Kelautan, nilai pasar ikan di sana baru mencapai sekitar US$ 40 juta per tahun. Pasar Arab Saudi senilai $18 juta, kemudian Yordania sekitar $15 juta, dan Mesir US$7 juta.
"Meski kecil, pasar disana pasti terus berkembang, apalagi perkembangan ekonomi di sana cukup bagus" ujar Saut. Ekspor ikan Indonesia yang utama antara lain tuna, udang, nila, dan ikan patin.
Iwan Soetanto, Ketua Umum Shrimp Club Indonesia menyatakan pengusaha tentu saja mendukung keinginan pemerintah untuk meningkatkan ekspor ikan ke Timur Tengah. Namun Soetanto menilai, Indonesia harus segera memiliki sertifikat halal untuk produk perikanan seperti yang telah dimiliki Filipina sehingga tidak ada kendala.
Sumber : Kontan (2009)