Indonesia masih jauh dari kecukupan protein hewani. Konsumsi daging per kapita per tahun baru mencapai 8,5 kg (data USDA-GAIN Report Oktober 2007), dari angka tersebut daging ayam hanya 4,5 kg/kapita/tahun. Konsumsi telur pun hanya 67 butir/kapita/tahun. Angka konsumsi tersebut merupakan yang terendah diantara negara-negara ASEAN, disertai dengan program swasembada daging 2010 yang sampai hari ini belum terlihat titik terangnya.
Dalam aspek kualitatif, ada beberapa aspek yang bisa dilakukan, namun yang paling dominan adalah aspek ekonomis dan juga aspek polkam karena di sektor industri manapun, aspek polkam akan selalu merupakan faktor yang sedikit banyak mempengaruhi industri tersebut.
Lingkungan Strategis Global
- Negara-negara produsen unggas yang potensial seperti Brazil dan China, dan beberapa negara di Eropa juga sedang dihadapkan pada penyakit Avian Influenza, karenanya produk-produk unggas dari negara-negara bersangkutan tidak boleh masuk ke Indonesia. Selain itu masalah kehalalan masih tetap menjadi isu utama yang membantu menghambat masuknya produk unggas ke Indonesia, termasuk dari USA.
- Disisi lain, produk pertanian yang menunjang industri perunggasan di Indonesia, yaitu bahan baku pakan seperti jagung dan bungkil kedele dari negara-negara pemasok seperti USA, Argentina, Brazil, Peru, Chili, dll, masih tetap cukup dan aman untuk diimpor ke Indonesia. Demikian pula halnya dengan Grand Parent Stock dan Parent Stock.
- Diharapkan pada tahun 2008, negara-negara bersangkutan tetap stabil dari segi politik dan keamanan, sehingga tidak mengganggu kegiatan impor/ekspor bahan baku pakan dan GPS/PS.
- Harga minyak dunia yang bergejolak hingga mencapai US$ 96 per barel sampai saat ini masih bisa teratasi meskipun dalam APBN tahun 2007 harga minyak hanya diperhitungkan US$ 65 per barel.
Lingkungan Strategis Nasional
- Pertumbuhan ekonomi sampai dengan triwulan pertama tahun 2007 diperkirakan dapat mencapai 5,1 – 6,0% (Laporan Survei Persepsi pasar dari Bank Indonesia untuk Triwulan III 2007), Pemerintah juga optimis bahwa pertumbuhan ekonomi 6,8% tahun 2007 bisa tercapai karena masih cukup tingginya tingkat konsumsi masyarakat dan iklim investasi yang semakin kondusif sehingga dapat diharapkan sektor agribisnis peternakan juga akan tumbuh sebesar 6,0 – 7,0% seperti prediksi pada akhir tahun 2006.
- Peran daging ayam sebagai subtitusi daging ruminansia terutama daging sapi akan terus berlanjut, bahkan peluangnya akan semakin besar. Hal tersebut didasarkan pada pasokan daging sapi yang semakin berkurang, untuk imporpun selain jumlahnya terbatas karena negara pemasok yang terbatas akibat faktor penykit, juga harganya relatif tinggi.
- Selama 5 tahun terakhir, tren perkembangan perunggasan terbukti terus meningkat meskipun besaran setiap tahunnya masih fluktuatif.
- Isu flu burung masih ada namun tidak dikaitkan dengan isu pemusnahan unggas sehingga konsumen tidak lagi dibayang-bayangi oleh infeksi Flu Burung.
- Selama kran impor daging ayam terutama paha ayam/CLQ masih tertutup, amka kebutuhan dalam negeri mau tidak mau harus dipenuhi oleh pasokan dari dalam negeri sendiri. Hal tersebut secara langsung juga akan mempertahankan produksi perunggasan yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan daginga yam yang memang masih relatif rendah.
Sumber: Dewan Pakar ASOHI, 2007