Features-Content


Connect With Us


Texts

Susu Kambing Ettawa
Kini telah hadir di Surabaya, Sidoarjo & gresik Susu Kambing Ettawa. Bagi Bapak / Ibu yang memerlukan susu kambing untuk pengobatan maupun pencegahan perbagai penyakit. Qibas susu Kambing siap mengirim ketempat Bapak / Ibu ...

Instructions

Ternak Qurban Harga Rp.30.000/kg
Bagi Bapak / Ibu yang memerlukan kambing untuk ibadah qurban yang berkualitas dan sehat dapat menghubungi Qibas Agro. Qibas Agro siap menerima Bapak / Ibu yang berkunjung ...

Recent Posts

My Service

Recent Posts

Download

Blogger Tricks

Blogger Themes

Diberdayakan oleh Blogger.

Recomended

Copyright © 2010 Qibas-online. All Rights Reserved. Designed by Anugera.web site :http://www.qibasagro.co.ccEmail : qibasagro@yahoo.comSurabaya - Jawa Timur - Indonesia

Populer News

About Me

Qibas Aqiqah
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Zonanugera's.com

Kenaikan Tepung Terigu Tak Sampai 2 Persen

Di tengah isu kenaikan harga dan kelangkaan gandum dunia serta kebutuhan menjelang Lebaran, harga tepung terigu di pasar tradisional dan pasar swalayan Surabaya belum terlalu berpengaruh. Dari pantauan Surabaya Post, Jumat (27/8), di Pasar Tambah Rejo dan Pasar Wonokromo serta di di Hypermart Royal Plaza dan Carrefour Golden City Mall, kenaikan harga tepung terigu terbilang sangat kecil, tidak sampai 2% dari harga semula.



Kenaikan harga itu, meski kecil, tak sesuai dengan pernyataan Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, saat peringatan HUT Kemerdekaan RI, 17 Agustus lalu. Saat itu ia menjamin harga terigu tidak akan naik hingga Lebaran karena stok nasional cukup sampai akhir 2010 meskipun harga gandum sebagai bahan baku terigu telah mengalami kenaikan.

Santoso, pedagang di Pasar Wonokromo mengatakan, mulai pekan ini harga tepung terigu mengalami kenaikan Rp 100 sampai Rp 200 per kilogram. ” Untuk tepung terigu curah, minggu kamarin 1 kg harganya Rp 5.200, sejak hari Rabu sampai hari ini harganya menjadi Rp 5.300 per kg,” ungkap Santoso, Jumat (27/8).

Kenaikan tepung terigu tidak hanya terjadi pada yang curah saja. Tepung terigu dalam kemasan bermerek juga mengalami kenaikan. Untuk tepung terigu dengan merek segitiga biru yang menurut Santoso paling laris saat ini, telah mengalami kenaikan Rp 250 per kemasan 800 gram. ”Kalau segitiga biru minggu kemarin harganya cuma Rp 7.650 per bungkus, naik menjadi Rp 7.800 per bungkus. Sedangkan cakra kembar dari Rp 8.100 menjadi Rp 8.200 per bungkus dengan berat 1 kg,” terangnya.

Hal senada dikatakan Panjul, pedagang di pasar Tambah Rejo. ”Akhir-akhir ini harga tepung terigu tidak stabil, justru pada minggu ini naik,” kata Panjul, yang mengaku sudah berjualan selama 20 tahun.

Menurut Panjul, harga tepung terigu jenis curah saat ini Rp 5.200 yang pada minggu sebelumnya hanya Rp 5.100 per kg. Sedangkan untuk tepung terigu merek segitiga biru harganya tetap yakni Rp 7.900.

Di sejumlah pasar swalayan seperti Hypermart dan Carrefour, harga tepung terigu juga mengalami kenaikan harga. Pada minggu ketiga bulan Agustus 2010, harga tepung terigu di Hypermart Royal Plaza merek segitiga biru dengan netto 800 g harganya Rp 9.200 dan cakra kembar harganya Rp 9.870 per kemasan 1 kg. Pada Jumat (27/8) malam, segitiga biru naik menjadi Rp 9.400 dan cakra kembar menjadi Rp 10.000.

Santi, salah satu penjaga stan di Hypermart Royal Plaza membenarkan ada kenaikan harga tepung terigu dibanding minggu lalu, tetapi dia tak tahu pasti apa yang menyebabkan kenaikan tersebut. ”Saya tidak tahu penyebabnya, yang pasti minggu ini harga tepung terigu sedikit naik dari minggu kemarin,” katanya.

Di Carrefour Golden City Mall, harga tepung terigu juga naik. Rafikah, salah satu penjaga stan di Carrefour Golden City Mall mengungkapkan terjadi kenaikan harga tepung terigu sekitar Rp 200 per kemasan 800 gram. Saat ini harga tepung terigu dengan merek segitiga biru Rp 9.310 per kemasan dan merek cakra kembar Rp 9.900 per kemasan 1 kg.

Sumber : Surabaya Post (2010)

AS Tarik Setengah Miliar Butir Telur

Negara maju, biasanya selalu bertindak cepat dalam menangani produk makanan dan minuman ebbahaya yang kadung beredar luas di masyarakat. Seperti yang ditunjukkan AS. Pemerintahy negara adidaya itu telah menarik lebih dari setengah miliar butir telur ayam dari seluruh toko-toko di AAS karena berpotensi terkontaminasi bakteri salmonella.



Itu merupakan salah satu penarikan produk terbesar yang pernah dilakukan negara Paman Sam. Memang belum ada laporan kasus kematian seseorang akibat mengonsumsi telur yang diduga mengandung bakteri salmonella itu. Namun, Departemen Pangan dan Obat-Obatan AS (FDA) terus menyelidiki awal mula wabah salmonella yang meningkat menjadi 1.953 kasus pada periode Mei dan Juli tahun ini.

Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dari total kasus normal pada periode yang sama tahun lalu. ”Peternakan Hillandale telah menarik 170 juta telur yang telah didistribusikan di penjuru 14 negara bagian,” papar Krista Eberle, Direktur Program Keamanan Pangan di Pusat Keamanan Telur (ESC). ”Ini tentu menjadi salah satu penarikan terbesar di industri peternakan,” imbuhnya. Sebanyak 380 juta telur lainnya telah secara sukarela ditarik sepekan silam oleh Wright County Egg di Galt, Iowa.

FDA dan Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit (CDC) berupaya mengidentifikasi jumlah warga AS yang diduga telah terinveksi bakteri salmonella setelah memakan telur-telur tersebut. Penadtaan dilaksanakan di sedikitnya 14 negara bagian, mulai dari California hingga Arkansas. ”Ada para investigator di Hillandale Farms dan Wright County Egg.Penarikan telur itu terkait dengan itu,”papar juru bicara FDA Pat El-Hinnawy.

FDA memperingatkan bahwa wabah dapat menyebar lebih luas daripada yang telah dilaporkan karena sebagian besar orang yang sakit akibat bakteri salmonella tidak melapor ke rumah sakit atau mendapat bantuan medis. FDA melanjutkan, binatang pengerat yang terinfeksi mungkin turut menyebarkan salmonella. Sejumlah perusahaan memutuskan untuk melakukan pasteurisasi semua telur segar untuk mematikan bakteri salmonella.

Sumber : Surabaya Post (2010)

Waspadai Kontaminasi Bakteri pada Telur

Telur merupakan salah satu sumber pangan dengan kandungan protein dan nutrisi esensial yang dibutuhkan manusia. Namun, di balik penampilan kulit yang tampak mulus, telur ternyata mudah rusak akibat bakteri, antara lain oleh bakteri salmonela.



Baru-baru ini ribuan orang di Amerika Serikat dilaporkan terjangkit penyakit akibat wabah salmonela setelah mengonsumsi telur. Salmonela sendiri bisa menyebabkan diare, kram perut, dan demam dalam jangka waktu 8-72 jam pasca-mengonsumsi telur yang tercemar bakteri.

Kontaminasi salmonela dalam telur bisa terjadi lewat berbagai cara. Salah satunya adalah kontaminasi tinja yang mengandung bakteri pada kulit telur. Bakteri salmonela terdapat dalam saluran pencernaan serta tinja hewan dan manusia yang terinfeksi bakteri. Bakteri ini bisa berpindah ketika ayam menduduki tinja tersebut.

Sebenarnya sudah ada standar pemeriksaan kulit telur di peternakan untuk mencegah agar telur yang terkontaminasi bakteri tidak masuk ke pasaran. Namun, salmonela bisa tersembunyi di dalam ovarium ayam betina yang sehat sehingga bisa menularkan bakteri, bahkan sebelum ayam bertelur.

Menurut Rob Gravani, ahli ilmu pangan dari Cornell University, bakteri salmonela bisa mencemari semua jenis ayam. Oleh karena itu, tidak ada jaminan bahwa telur yang dijual dengan label "organik" atau "natural" mengandung lebih sedikit bakteri.

Salah satu cara untuk mencegah penularan salmonela adalah tidak mengonsumsi telur yang masih setengah matang atau mentah karena proses pemasakan bisa membunuh bakteri. Suhu pemasakan yang disarankan minimal 71 derajat celsius. Hal ini penting, mengingat agak sulit untuk menilai dari luar apakah telur yang kita beli bebas bakteri atau tidak.

Sumber : Kompas (2010)

Impor 2.150 Sapi Ilegal

Sebanyak 2.150 ekor sapi asal Australia masuk ke Indonesia secara ilegal, tanpa dilengkapi dokumen surat persetujuan pemasukan atau yang kerap disebut sebagai izin impor dari Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian.



Menteri Pertanian Suswono yang mengetahui adanya impor sapi ilegal itu langsung menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (23/5), untuk melakukan inspeksi mendadak bersama Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi Jusuf.

Suswono menyatakan, ia mendapat laporan dua hari lalu. Sapi itu masuk secara ilegal karena tanpa dilengkapi surat persetujuan pemasukan (SPP) sebagai syarat mutlak importasi. ”Ini pelanggaran. Kalau tidak dikontrol, akan mendistorsi pasar sapi dan daging dalam negeri,” katanya.

Untuk sementara, sapi-sapi itu ditahan di Instalasi Karantina Hewan Sementara. Dua instalasi berada di Bekasi dan satu lainnya di Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. ”Bila memang sampai batas yang ditentukan dokumen tidak bisa dilengkapi, sapi akan direekspor,” katanya.

Harga sapi potong turun

Suswono menyatakan, meski importir menyatakan dokumen sedang diurus, tetap saja belum lengkap sehingga masuk kategori ilegal. Mentan menyatakan, sejak Februari 2010 pihaknya menghentikan sementara pengeluaran SPP sapi bakalan dan baru April 2010 dibuka lagi. Itu pun berlaku secara selektif.

Pemerintah hanya akan mengeluarkan kebijakan impor sapi sebatas untuk menutupi kekurangan kebutuhan daging sapi di dalam negeri dan di beberapa daerah yang memang produksi daging sapinya kurang.

Saat ini harga sapi potong di tingkat peternak turun, antara lain karena adanya impor sapi ilegal.

”Impor sapi ilegal ini bisa menjatuhkan semangat peternak karena mendistorsi pasar. Kami juga akan menindak impor daging ilegal,” katanya.

Direktur Budidaya Ternak Ruminansia Ditjen Peternakan Kementerian Pertanian Fauzi Luthan menyatakan, jumlah sapi yang masuk secara ilegal 2.150 ekor. Sapi berasal dari Australia, diimpor oleh PT Sasongko Prima.

Perusahaan itu beralamat di Kavling Taman Pulau Indah Blok L 12 Cakung. Sapi itu diangkut oleh kapal Shorthorn Express berbendera Indonesia.

Berdasarkan pengamatan Kompas, Sabtu pukul 13.00, kapal pengangkut sapi itu diizinkan merapat di Pelabuhan Tanjung Priok di D 201. Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok memberikan izin bongkar dengan menggunakan aturan karantina KH-8.

Sumber : Kompas (2010)

Sukarno, Berbagi Ilmu Beternak Kelinci

Sekalipun hanya lulus sekolah dasar, Sukarno Munawar piawai dalam beternak kelinci. Kepandaiannya mengurus hewan ini mengundang minat dari berbagai kalangan, mulai dari sesama peternak kelinci, pelajar sekolah menengah kejuruan, sampai peneliti bergelar S-2 dan S-3 dari Balai Penelitian Ternak. Mereka ”berguru” budidaya kelinci kepadanya.



Mereka datang dari Bogor, Bandung, Bali, sampai Nusa Tenggara Barat. Mereka menemui Sukarno yang tinggal di lereng Gunung Merbabu, Dusun Klabaran, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, atau sekitar 20 kilometer dari Kota Magelang.
Sekali datang, rombongan yang ingin belajar budidaya ternak kelinci itu bisa lebih dari 20 orang. Saat menerima mereka, sebenarnya dia malu. Sebab, ruang tamunya yang berukuran 6 x 5 meter itu membuat para ”murid” harus berdiri berjejalan sambil mendengarkan penjelasannya. Bahkan, saat hujan deras, suasana belajar terganggu dengan bocor di sana-sini.
”Saya bersyukur karena mereka tetap antusias mendengarkan penjelasan sampai selesai,” ceritanya. Bahkan, sebagian dari mereka ada yang mengikuti pembelajaran dan pelatihan dari Sukarno selama dua-tiga hari.
Pengalamannya selama 18 tahun bergelut dalam usaha ternak kelinci berawal dari program pemberian bantuan 25 kelinci Australia dari pemerintah ke Kecamatan Ngablak pada 1992. Karena warga Kecamatan Ngablak yang mayoritas petani sayur tak tahu cara merawat kelinci, banyak kelinci yang mati.
Penasaran dengan kondisi itu, Sukarno yang tak mendapat jatah bantuan kelinci kemudian membeli lima kelinci yang masih hidup seharga Rp 125.000. Dari kelima kelinci itu, empat di antaranya betina.
Waktu itu, tindakan Sukarno menjadi bahan tertawaan warga sekitarnya. ”Kata mereka, kalau ingin kaya dan sukses, seharusnya saya menabung untuk beli kambing atau sapi, bukan beli kelinci,” ujarnya.
Mengikuti pelatihan
Namun, Sukarno justru yakin, tekadnya beternak kelinci bakal menuai sukses. Menyadari pengetahuannya tentang beternak kelinci tak ada, ia rajin mencari informasi tentang pelatihan beternak kelinci. Ia merogoh kocek untuk mengikuti pelatihan sampai ke Surabaya dan Malang, Jawa Timur.
Lima bulan pertama, dari empat kelinci betina itu, seekor di antaranya beranak 5-7 ekor. Ia lalu bisa menjual 20-30 kelinci anakan. Kelinci itu dijual sebagai bibit. Harga satu paket bibit, terdiri dari tiga kelinci usia 2-3 bulan, Rp 100.000.
Jika pembeli menghendaki sepasang kelinci, harganya Rp 60.000. Jika pembeli ingin membeli kelinci betina saja, harganya Rp 40.000 dan har- ga kelinci jantan Rp 20.000 seekor.
”Hanya dalam dua bulan, modal saya sudah kembali,” kata Sukarno yang waktu itu juga menjual kelinci berumur 35-45 hari.
Namun, kematian juga terjadi pada sebagian kelincinya. Hal itu tidak sampai membuat tekadnya beternak kelinci surut. Pada bulan keenam, dia mulai mengembangkan usaha. Sukarno menambah jumlah indukan hingga mampu mendapat 70 kelinci anakan per bulan.
Waktu itu, sebagai satu-satunya peternak kelinci di Dusun Klabaran, Sukarno harus berjuang sendiri. Baru sekitar
tahun 1998 lima warga lainnya berminat setelah melihat sukses yang diraihnya. Mereka lalu membeli kelinci dari Sukarno dan mulai beternak kelinci.
Melihat semakin banyak tetangga yang berminat beternak kelinci, pada 2001 Sukarno membentuk Kelompok Ternak Kelinci Sumber Makmur di Dusun Klabaran. Dari total 140 keluarga di Dusun Klabaran, 85 orang di antaranya anggota Kelompok Ternak Kelinci Sumber Makmur. Total populasi kelincinya sekitar 1.600 ekor.
Setelah membentuk kelompok, Sukarno mendekati Dinas Peternakan dan Paguyuban Peternak Kelinci Magelang untuk memperkenalkan Kelompok Ternak Kelinci Sumber Makmur. Tujuannya, agar kelompoknya semakin dikenal orang dan diikutsertakan dalam pameran dan berbagai program pembinaan.
Adanya kelompok peternak itu rupanya berhasil memicu gairah beternak kelinci di desa-desa lain. Sejak tahun 2008 Sukarno menjadi Ketua Asosiasi Ternak Kelinci Merbabu yang beranggotakan 1.400 peternak kelinci di 16 desa di Kecamatan Ngablak. Total populasi kelincinya 16.000 ekor.
Memasarkan
Tak beda dengan awal memulai beternak kelinci, usaha memasarkan kelinci pun dimulai Sukarno dengan susah payah. Awalnya, dia menawarkan kelinci kepada warga di desa tetangga. Setiap kali ada pertemuan kelompok petani sayur tingkat desa ataupun kecamatan, dia manfaatkan untuk berpromosi.
”Kalau kebetulan menengok kerabat di desa atau kecamatan lain, saya sekalian berusaha menceritakan soal ternak kelinci. Harapannya, mereka berminat membeli kelinci,” ujar Sukarno.
Dia juga rajin mendatangi pasar-pasar hewan di sejumlah kecamatan di Kabupaten Magelang. ”Dalam hati, saya memotivasi diri sendiri supaya tidak kapok ke pasar sekalipun di pasar belum tentu ada yang mau beli kelinci.”
Namun, semua itu merupakan cerita masa lalu. Sekarang Sukarno dan Kelompok Ternak Kelinci Sumber Makmur kewalahan memenuhi permintaan konsumen. Mereka bahkan tak mampu memenuhi permintaan yang datang dari sejumlah kota di Pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan. Setiap bulan rata-rata permintaan kelinci anakan mencapai 500 ekor. Sementara produksi mereka masih sebanyak 200-300 ekor.
”Jadi, terkadang kami pun terpaksa meminta tambahan dari kelompok ternak kelinci di desa lain atau bahkan dari kecamatan lain,” ujar Sukarno.
Setelah sukses berbudidaya kelinci, Sukarno ingin membagikan ilmunya kepada orang lain. Ada undangan atau tidak, dia rutin bepergian ke luar kota meski sekadar menghadiri pertemuan kelompok tani untuk memaparkan usaha ternak kelinci.
Perjalanan itu dia lakukan sampai ke daerah Sleman, DI Yogyakarta, Temanggung, Purworejo, serta beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Magelang. Untuk semua perjalanan dan informasi itu, Sukarno tidak meminta imbalan.
”Bisa membagi ilmu kepada orang lain itu sudah mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi saya,” ujar Sukarno kalem.
Sumber : Kompas (2010)

  ©Template by Anugera.

IRT