Petambak Udang Berhenti Produksi
Ratusan petambak udang plasma PT Aruna Wijaya Sakti di Lampung, anak perusahaan CP Prima, berhenti berproduksi sejak November 2009.
Penghentian sementara itu dipicu oleh tertundanya penebaran benur (benih udang). Akibat produksi tertunda, petambak eks Dipasena itu terancam tidak mampu mengejar siklus produksi sebanyak dua kali tahun ini.
Ketua Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu (P3UW) PT Aruna Wijaya Sakti Nafian Faiz mengemukakan, tertundanya penebaran benur selama 4-5 bulan berpotensi mengakibatkan petambak kehilangan satu kali kesempatan berproduksi. Setiap tahun, petambak seharusnya mampu mengejar produksi sebanyak dua kali.
Kendala musim
Adapun tambak yang terhenti berproduksi adalah tambak yang sudah direvitalisasi, meliputi lima blok dari 16 blok di kawasan tambak eks Dipasena. Lima blok itu meliputi Blok 0, 1, 2, 3, dan 7.
Dengan terpangkasnya siklus tebar menjadi satu kali, petambak berpotensi kehilangan keuntungan hasil usaha Rp 30 juta-Rp 50 juta tahun ini.
Udang yang dijual petambak ke perusahaan inti umumnya berkurang 30-80 ekor per kilogram. Adapun harga rata-rata udang ukuran 60 ekor berkisar Rp 31.000 per kg.
Corporate Communication Manager PT Central Proteinaprima Tbk (CP Prima) George Basuki mengemukakan, tertundanya penebaran benur dipengaruhi oleh kendala musim hujan selama Desember 2009 sampai Maret 2010.
Benur udang yang ditebar pada musim hujan akan berisiko terjangkit virus. Di samping itu, teknis budidaya udang mengharuskan penebaran benur dilakukan secara bertahap.
”Jika penebaran benur udang dipaksakan selama musim hujan, udang rawan terkena penyakit akibat pengaruh air hujan,” ujarnya.
George menampik bahwa tertundanya penebaran benur dipicu oleh kendala keuangan perusahaan. Penebaran benur udang sudah dijadwalkan dan kini sedang dalam tahap persiapan untuk tebar benur. ”Tidak ada hubungan tertundanya penebaran benur dengan masalah internal. Ini hanya soal teknis budidaya,” lanjutnya.
Sumber : Kompas (2010)